Table of Contents
Kesalahan kalibrasi sangat umum terjadi. Setiap benda perlu mengalami proses pengukuran supaya kualitasnya tetap terjamin. Akan tetapi, proses pengukuran seringkali menghadapi hambatan, yaitu hasil ukur yang kurang akurat. Hambatan ini pun bisa memberikan dampak buruk, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
Penyebab ketidakakuratan dalam mengukur adalah akibat human error, kecacatan alat pengukur, serta kesalahan perhitungan. Nah, bagaimanakah mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut? Yuk, kita mengenal apa yang dimaksud dengan kesalahan kalibrasi terlebih dahulu!
Apa Itu Kesalahan Kalibrasi?
Semua benda harus melalui proses verifikasi sebelum didistribusikan secara massal di lingkungan masyarakat. Proses ini bernama kalibrasi di mana suatu benda diukur seakurat mungkin sesuai dengan rancangan dan standar nasional, maupun internasional. Bila suatu benda tidak lolos seleksi, maka benda terkait belum layak.
Proses ini bertujuan untuk memastikan suatu benda, produk, atau layanan dapat digunakan masyarakat yang terjamin keamanan dan kualitasnya. Namun, kesalahan di dalam proses perhitungan berpotensi menghilangkan keakuratan pada hasil akhirnya. Ketidakakuratan ini sering disebut dengan kesalahan kalibrasi.
Kesalahan ini pun terbagi menjadi dua, yaitu kesalahan umum dan kesalahan acak. Masing-masing dipengaruhi oleh beberapa faktor spesifik.
Jenis dan Contoh Kesalahan Kalibrasi
Kesalahan kalibrasi mempunyai beberapa jenis. Di bawah ini adalah beberapa jenis kesalahan dalam pengukuran, beserta dengan contohnya:
1. Kesalahan Umum
Kesalahan kalibrasi umum disebabkan oleh kurangnya keterampilan manusia dalam menggunakan alat ukur. Apalagi kemampuan penglihatan manusia memiliki batas. Bila skala ukurannya terlalu kecil, ketidakakuratan pada hasil sangat mungkin terjadi.
Selain itu, ketidaktelitian dalam menggunakan alat ukur juga bisa menjadi penyebab salahnya kalibrasi.
Teknologi zaman sekarang sudah semakin canggih sehingga cara pengoperasiannya pun cukup rumit. Sebagai contoh, alat ukur bernama spektrometer optik.
Banyak komponen dari alat ini yang butuh disambung sebelum pengukuran dapat dilakukan. Semakin banyak yang harus diukur, semakin banyak pula potensi kesalahan untuk terjadi.
Cara untuk mengatasi keterbatasan ini adalah meningkatkan keterampilan dalam menggunakan alat ukur. Mulai dari cara menggunakan, melihat ukuran alat, serta menentukan hasil pengukuran dengan alat terkait.
2. Kesalahan Acak
Berbeda dengan kesalahan umum, kesalahan kalibrasi acak disebabkan oleh faktor di luar manusia yang mempengaruhi proses pengukuran. Faktor ini sering disebut sebagai fluktuasi halus karena pengaruhnya yang tidak konsisten. Sebagai contoh, landasan pengukuran kurang rata dan bergetar.
Kerak bumi pun selalu bergetar karena adanya ombak samudra yang bergerak terus menerus. Selain itu, kesibukan lalu lintas berpotensi untuk membuat landasan bergetar. Kedua penyebab itu terjadi secara alami.
Bila ini terjadi, akurasi pengukuran bisa melenceng daripada yang seharusnya. Oleh sebab itu, ada baiknya untuk memperhatikan kondisi lingkungan. Laboratorium perlu berlokasi di tempat yang minim pengaruh lingkungan.
Tempat pengukuran harus ideal di mana tidak mengalami getaran, bising, tegangan listrik yang kurang stabil, dan tidak ada radiasi.
Sebagai contoh, SPBU melarang pengunjung untuk menyalakan handphone ketika sedang mengisi bensin. Hal ini bukanlah semata-mata larangan, melainkan untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran.
Handphone memproduksi radiasi yang tinggi. Jika radiasi ini terlalu kuat, maka hasil pengeluaran bensin yang terbeli bisa terpengaruh. Alhasil, ukuran yang seharusnya bisa melenceng.
Contoh lain adalah speedometer pada kendaraan bermotor. Alat ukur ini perlu menampilkan hasil kecepatan kepada si pengendara. Namun, pengaruh suhu di bawah 32 derajat celcius pernah membuat speedometer ini menjadi tidak berfungsi dengan baik.
Jika ada kesalahan dalam produksi terhadap alat ukur ini, maka risiko kecelakaan dapat meningkat.
3. Kesalahan Kalibrasi
Salah pengukuran jenis ini merupakan hal yang umum terjadi akibat kelalaian manusia. Alasannya beragam mulai dari akurasi kurang tepat terhadap skala terstandardisasi hingga kurang terawatnya alat-alat ukur. Kesalahan sistematis ini sebetulnya dapat pengukur cegah dengan cara lebih memperhatikan kondisi alat ukur.
Komponen pada alat-alat ukur cukup berpotensi kehilangan keakuratannya akibat pengaruh luar, seperti perubahan suhu, kerusakan yang tidak terlihat, dan kelembaban. Oleh sebab itu, pemeriksaan berkala sangatlah penting untuk menjaga kredibilitas dari hasil pengukuran.
Selain itu, pengaturan alat ukur sesuai dengan standar sangatlah penting agar tidak ada kelupaan mengkalibrasi ataupun salah mengukur. Akan tetapi, kesalahan ini berkaitan erat dengan kesalahan sistematik.
Jenis sistematik tersebut terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
- Error, ini timbul akibat gejala-gejala alam yang mempengaruhi proses pengukuran. Contoh kesalahan kalibrasi ini adalah pengukuran gelombang radio. Hasil pengukuran jarak antara dua titik gelombang radio bisa melenceng, apabila faktor pengaruh tekanan dan kandungan uap air terabaikan. Kedua faktor ini mempengaruhi kecepatan gelombang radio di udara sehingga dapat menunjukkan hasil yang tidak akurat.
- Jenis ini fokus kepada ketidaksempurnaan dalam pengaturan alat sebelum proses pengukuran. Sebagai contoh, jarum penunjuk amperemeter yang terlalu rendah karena terjadi gesekan sehingga hasil pengukuran menjadi melenceng dari yang seharusnya.
- Kesalahan kalibrasi ini terjadi karena pengukur belum terbiasa menggunakan alat, seperti lambat menerima tanda waktu, penafsiran skala kecil yang kurang akurat, dan bahkan kurangnya kemampuan penglihatan. Sebagai contoh, jangka sorong adalah alat ukur yang dalam mengukur hingga skala kecil. Jika salah melihat ukuran, maka ketidakakuratan dapat terjadi.
Cara Mengatasi Kesalahan dalam Kalibrasi
Ada beberapa cara mengatasi kesalahan kalibrasi pengukuran. Terkait permasalahan ketidakterampilan pengukur dalam mengkalibrasi, ada baiknya mengadakan pelatihan penggunaan alat ukur, terutama pada alat-alat ukur canggih dan membutuhkan ketelitian dalam penggunaan.
Sebagai contoh, pengguna spektrometer canggih perlu mengetahui tahap-tahap kesiapan alat dalam kondisi tertentu sebelum pengukuran. Bila pengukur tidak terampil menggunakan alat-alat canggih, maka kerusakan alat ukur dapat terjadi.
Selain itu, kesalahan kalibrasi juga bisa terjadi pada penentuan satuan alat ukur. Alat ukur canggih mempunyai banyak fungsi pada satuan yang berbeda sehingga pengukur harus mempunyai ketelitian yang tinggi. Contohnya adalah saat mengukur hambatan, arus listrik, dan tegangan membutuhkan satuan yang berbeda-beda.
Cara yang terakhir adalah penentuan angka pada hasil. Alat-alat laboratorium memang sudah semakin canggih. Namun, pengukuran akan menjadi tidak akurat jika pengukur kurang terampil dalam menentukan angka. Sebagai contoh, pengukur perlu mengukur panjang balok dan hasilnya terbagi dua, yaitu 17,50 cm dan 17,5 cm.
Kedua hasil itu mungkin terlihat sama, tapi salah satunya adalah angka pasti dan yang lain adalah angka estimasi. Menebak hasil ukur cukup penting karena tanpanya kesimpulan sulit akan Anda ambil.
Sudah Tau Apa yang Dimaksud Kesalahan dalam Kalibrasi?
Beberapa kesalahan pengukuran akan selalu ada. Namun, untuk meminimalisir pengaruh-pengaruh luar masih sangat bisa diupayakan. Selain itu, kesalahan kalibrasi paling umum disebabkan oleh kesalahan dari si pengamat. Kurangnya keterampilan dalam mengoperasi alat-alat ukur yang canggih dapat mempengaruhi hasil ukur.
Oleh sebab itu, pengukur harus menjalani pelatihan terlebih dahulu sehingga pengetahuan merangkai dan pengoperasian alat ukur menjadi kuat. Alhasil, pengukuran pun menjadi lebih akurat. Pelatihan yang baik mampu mengurangi risiko kesalahan dalam penghitungan kalibrasi.
Jika Anda membutuhkan bantuan jasa kalibrasi profesional, Anda dapat mengunjungi website Laboratorium Solusi Indonesia untuk melihat-lihat layanan kalibrasi kami, atau menghubungi WhatsApp 0812 9208 0271.